Rabu, 03 Februari 2016

Apa kaitannya koperasi dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal SD sampai dengan universitas? Apakah ada kesamaan tujuan antara koperasi dengan dunia pendidikan? Apakah materi mengenai perkoperasian perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal? Sebenarnya masih banyak pertanyaan terkait hubungan antara koperasi dan dunia pendidikan. Dalam tulisan ini saya mencoba menyinggung sedikit kaitan antara dua bidang yang selama ini dianggap terpisah.


Dr. Pramono Hariadi, M.S. Pernah mengatakan bahwa "Koperasi itu didirikan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di sisi lain sistem pendidikan dalam suatu negara bertujuan untuk meningkatkan kadar intelektual suatu masyarakat. Dan tentunya peningkatan intelektualitas masyarkat ini bukanlah tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri. Tapi dengan peningkatan intelektual ini diharapkan akan bisa diperoleh hasil-hasil yang lain. Salah satu yang ingin dicapai dengan meningkatnya intelektual masyarakat adalah kesejahteraan masyarakat itu. Jadi sebetulnya jika dilihat dari sisi ini sebenarnya tujuan koperasi dan sistem pendidikan itu mempunyai tujuan akhir yang sama. Yaitu kesejahteraan manusia."

Dari keterangan Dr. Pramono Hariadi diatas, menyimpulkan bahwa pada akhirnya tujuan koperasi dan dunia pendidikan itu sejatinya sama, yaitu kesejahteraan masyarakat. Keduanya, koperasi dan pendidikan hanyalah sebagai sarana. Sebagaimana mobil dan motor hanyalah sebagai sarana mencapai suatu tujuan. Dan lalu lintas akan tertib manakala mobil dan motor ini bisa saling bekerja sama dan memahami satu sama lain, tidak saling serobot dan saling mendahului.

Jelas bahwa dunia pendidikan dan koperasi mempunyai tujuan yang sama, hanya dengan peran yang berbeda. Kalau koperasi berusaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan cara langsung, maka dunia pendidikan juga berusaha mensejahterakan masyarakat dengan cara yang tak langsung. Kesalahpahaman kita selama ini bahwa pendidikan dipahami sebagai tujuan, bukan sarana. Gelar akademis dijadikan tujuan. Atau jika berpikir sedikit lebih jauh, gelar akademis digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan. Pendidikan jadi kehilangan makna dan tujuan sesungguhnya, pendidikan dianggap semata sebagai beban dan kewajiban belaka, terlebih bagi mereka yang tingkat ekonominya pas-pasan.

Pun dalam praktek pendidikan di sekolah dan kampus jarang sekali diterangkan "Mengapa kita perlu mengenyam pendidikan, untuk apa pendidikan yang kita terima sekarang ini". Seolah kita diberi alat tetapi tidak tahu alat itu dipakai untuk membuat apa. Bayangkan orang yang diberi senapan, diajari cara memakai senapan, tetapi tidak diberi tahu senapan itu digunakan untuk apa, bahaya! Begitupun pendidikan jika disalahartikan bisa digunakan untuk membodohi orang lain, memperkaya diri sendiri (dan melupakan masyarakat), mencari status sosial, atau paling ringan menghabiskan uang orang tua.

Dengan adanya materi mengenai perkoperasian di kurikulum pendidikan, maka diharapkan peserta didik tahu ilmu yang mereka pelajari baiknya digunakan untuk apa. Bukankah koperasi akan cepat majunya jika para lulusan terbaik perguruan-perguruan tinggi ternama berlomba-lomba bekerja di koperasi. Yang ada saat ini justru lulusan-lulusan perguruan tinggi pun tidak mengenal apa itu koperasi, yang mereka tahu koperasi itu hanya organisasi kelas teri dan utopia ekonomi. Bahkan sarjana ekonomi pun banyak yang gamang mengenai koperasi itu sendiri. Mirisnya sekarang ini justru lulusan terbaik perguruan tinggi ternama berlomba-lomba bekerja di perusahaan swasta yang tidak lain merupakan simbol ekonomi kapitalisme yang menjadi lawan bagi ekonomi koperasi.

Perlu ada kerjasama antara dua kementrian, kementrian koperasi dan kementrian pendidikan untuk mengarahkan pendidikan agar lebih memihak ekonomi koperasi. Perlu ada pengenalan sejak dini di bangku pendidikan formal mengenai koperasi yang benar dan baik. Perlu ada pendidikan yang memadai di tingkatan pendidikan menengah agar siswa memahami koperasi secara komprehensif. Terakhir di tingkat pendidikan tinggi, mahasiswa perlu diajak untuk praktek secara langsung untuk berkoperasi. Akan indah jadinya jika koperasi dan dunia pendidikan dapat berjalan beriringan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -