Rabu, 04 November 2015

Koperasi yang baik adalah kopearsi yang menerapkan prinsip koperasi. Salah satu prinsip koperasi adalah pendidikan koperasi. Pendidikan ini dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan ideologi koperasi dan pendidikan manajemen koperasi. Seringkali yang lebih ditekankan sekarang ini adalah pendidikan mengenai manajemen koperasi, padahal menurut saya pendidikan utama yang harus lebih ditekankan adalah pendidikan atas ideologi koperasi. Meskipun ke dua kategori pendidikan ini harus berjalan beriringan, ibaratnya sepatu kanan dan kiri. Keduanya harus dipakai supaya berfungsi, tapi ada sunnahnya untuk memakai sepatu kanan terlebih dahulu. Begitu pun pendidikan koperasi harus didahulukan pendidikan atas ideologinya, dipesankan oleh Bung Hatta bahwa pendidikan ideologi koperasi harus didahulukan dibanding pendidikan mengenai manajemen koperasi.

Jika bicara mengenai pendidikan koperasi, maka mungkin saya perlu satu buku khusus untuk menulis tentang pendidikan koperasi. Karena pendidikan koperasi ini nyatanya lebih luas daripada pendidikan untuk mengurus PT. Mulai dari pendidikan ideologi koperasi, disitu harus ditanamkan kepada seluruh orang yang terlibat di koperasi agar punya sifat gotong royong, toleransi, saling bekerja sama, mandiri, gemar menyimpan, sabar, dan sikap-sikap baik lainnya. Justru tujuan utama koperasi menurut Bung Hatta adalah agar koperasi menjadi sarana pendidikan moril bagi masyarakat dan anggota koperasi pada khususnya. Dari moril dan sikap yang baik itu maka sudah setengah jalan menuju masyarakat yang sejahtera sebagaimana dicita-citakan oleh koperasi. Jadi sebenarnya bukan besar-besaran SHU yang menjadi tolok ukur keberhasilan koperasi, namun seberapa paham anggotanya terhadap nilai-nilai koperasi dan sejauh mana nilai-nilai tersebut diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan ideologi koperasi ini sudah sangat jarang ditemui di koperasi-koperasi Indonesia. Bentuknya koperasi tapi yang dipikirkan cuma meningkatkan SHU dari tahun ke tahun. Jangankan mendidik anggota, pengurus dan pengelolanya saja belum tentu paham mengenai tujuan, prinsip, dan nilai-nilai koperasi. Ada yang berkata 'Memangnya perlu pendidikan ideologi koperasi, itu kan hal yang sifatnya teori dan normatif saja?'. Kalau begitu buat apa memilih badan hukum koperasi, buat saja PT sekalian, tidak usah repot memikirkan hal-hal yang sifatnya normatif, biar uang yang berbicara. Pendidikan ini penting karena pendidikan adalah jiwanya koperasi, justru itulah yang membedakan antara koperasi dan PT.

Bagaimana melaksanakan pendidikan ideologi koperasi? Pertama ketika menerima anggota baru, calon anggota diharuskan menjalani pendidikan perkoperasian terlebih dahulu yang didalamnya ditekankan mengenai ideologi koperasi, tujuan, dasar, asas, prinsip, nilai koperasi. Kalau calon anggota sudah menjalani pendidikan dan sudah paham baru bisa diterima menjadi anggota. Kedua, ada program kerja rutin untuk mendidik anggota koperasi yang sudah ada, bisa sebulan atau beberapa bulan sekali diadakan pertemuan, penyuluhan, seminar yang membahas mengenai ideologi koperasi. Perlu juga ada semacam kerja bakti, dimana di satu waktu anggota-anggota koperasi bekerja bersama untuk kepentingan koperasi. Kalau koperasinya koperasi petani, bisa kerja bakti membuka lahan baru. Kalau koperasinya koperasi pedagang, kerja bakti nya bisa mengadakan bazaar yang keuntungannya lantas disimpan di koperasi. Kalau koperasinya koperasi karyawan, bisa kerja bakti membuat sistem kerja yang mapan di koperasi. Dan banyak ide-ide lainnya yang memungkinkan anggota berkontribusi langsung ke koperasi, jadi kontribusi anggota tidak hanya sebatas uang berupa simpanan, tapi juga berbentuk waktu, tenaga, dan pikiran. Ini pun merupakan pendidikan koperasi terhadap anggotanya, mendidik anggota agar punya rasa memiliki yang tinggi terhadap koperasi.

Kemudian pendidikan mengenai manajemen atau organisasi koperasi. Ini juga perlu, kalau tadi pendidikan ideologi adalah sepatu kanannya, maka pendidikan mengenai manajemen koperasi adalah sepatu kirinya. Tidak bisa sekumpulan orang yang bersemangat dan paham mengenai koperasi, lantas menjalankan badan usaha koperasi tanpa tahu ilmu mengenai manajemen dan pembukuan, bisa berantakan hasilnya. Pendidikan manajemen ini yang saat ini marak, bahkan dari dinas koperasi pun lebih banyak mengusung tema pelatihan terkait manajemen koperasi, seperti akuntansi, perpajakan, pengembangan usaha, dan lain-lain. Sehingga kesannya tidak seimbang antara pendidikan ideologi dan pendidikan manajemen. Efeknya koperasi berubah semata-mata menjadi mesin uang, anggota tidak tahu apa-apa yang penting tiap tahun dapat SHU dari koperasi.

Pendidikan manajemen koperasi ini penting agar koperasi bisa berjalan tertata, pengelolaan keuangannya jelas, pengelolaan tenaga kerjanya sesuai peraturan ketenagakerjaan, pengelolaan usahanya profesional. Manajemen koperasi yang baik diperlukan agar koperasi bisa sustainable, bertahan dalam jangka waktu lama, bisa bersaing dengan badan usaha lain, bisa menjadi besar. Tanpa adanya manajemen yang rapih, koperasi akan bertahan pada level usaha kecil dan menengah, sulit untuk masuk ke level usaha besar. Ini didapat tentunya dengan adanya pendidikan manajemen koperasi. Dengan mendidikn pengurus dan pengelolanya untuk lebih kompeten di bidang manajemen, keuangan, akuntansi, pajak, ketenagakerjaan, human development, product development, business process, dan sebagainya. Manajemen koperasi disini tidak banyak berbeda dengan manajemen perusahaan pada umumnya

Siapa saja yang perlu di didik di koperasi itu? Semuanya, mulai dari anggota, pengawas, pengurus, pengelola, karyawan koperasi. Tentunya dengan porsi dan kepentingannya masing-masing. Anggota misalnya tidak perlu di didik di ikutkan pelatihan akuntansi, sementara pengawas wajib di ikutkan pelatihan auditing. Disini pengurus punya kewajiban melakukan training need analysis setiap tahun. Siapa saja yang perlu ikut pelatihan apa, kapan dan berapa biayanya, apa tujuan yang hendak dicapai dari hasil pelatihan tersebut. Bahkan program kerja bakti pun bisa masuk ke dalam agenda pelatihan sebagai sarana untuk mendidik sikap gotong royong anggota.

Pendidikan adalah pekerjaan yang tak mengenal kata berhenti selama koperasi berdiri. Pendidikan adalah belajar, dan belajar itu prosesnya dari mulai ayunan hingga menjelang menghembuskan nafas terakhir. Belajar adalah never ending activities, pendidikan adalah proses yang harus dilakukan terus-menerus. Ilmu itu luas, semakin kita tahu suatu hal semakin kita juga tahu ada lebih banyak hal yang tidak kita ketahui. Belajar itu membuka mata, memperluas pandangan, dan itulah hal yang pertama dibutuhkan untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan koperasi pun tidak mengenal kata berhenti, masih banyak yang kurang yang perlu diperbaiki dari koperasi kita, jalan utamanya adalah melalui pendidikan koperasi.

Lantas apa hasil dari pendidikan koperasi? Dalam jangka panjang saya yakin akan berpengaruh terhadap profit koperas dan secara umum manfaat lain yang diterima anggota, baik yang bersifat finansial maupun non finansial. Meskipun tujuan pendidikan itu sendiri tidak bisa diukur dalam satuan mata uang. Tujuan pendidikan terasa ketika sikap orang-orang yang ada di koperasi berubah menjadi lebih baik. Dalam jangka pendek mungkin tidak terlalu terasa dampaknya, tapi teruslah dilakukan pendidikan itu dengan penuh keyakinan bahwa pendidikan itu perlu dan harus. Bahkan menunggu hasil dari pendidikan itu sendiri adalah didikan membentuk sifat sabar. Alokasikan sumber daya yang cukup untuk maksud pendidikan koperasi. Jangan sampai koperasi seperti mayat hidup, berjalan tanpa jiwa. Hanya memikirkan profit tanpa ada perhatian terhadap pendidikan.

Jadilah koperasi yang benar-benar koperasi. Koperasi yang mendidik, bukan sekedar koperasi yang mencari untung. Mendidik seluruh komponen yang ada di koperasi, mendidik anggota dan masyarakat. Tidak hanya mendidik pikiran, terlebih penting mendidik hati dan perilaku. Sabar menunggu hasil dari didikan tersebut.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -