Selasa, 26 Januari 2016

Perwakilan dari ILO dalam Asia Pacific Workshop on Youth and University Cooperative di Bangkok, Thailand pada September 2015 lalu menyatakan bahwa sekitar ratusan juta orang yang menganggur. Dan sebagian yang menganggur itu adalah para anak muda. Karenanya ILO memberi rekomendasi bahwa koperasi harus berperan aktif dalam mengurangi pengangguran tersebut. Saya setuju dengan pernyataan tersebut, but how? Melalui apa? Bagaimana caranya yang paling efektif? Dan pertanyaan yang terlebih dahulu perlu di ajukan, apakah koperasi bisa menyelesaikan masalah pengangguran, khususnya di Indonesia?

Satu hal yang pasti, koperasi tidak bisa menyelesaikan masalah pengangguran. Koperasi tidak bisa menyelesaikan masalah pengangguran seorang diri, perlu banyak pihak yang terlibat untuk menyelesaikan tugas besar bangsa Indonesia ini. Pemerintah tentunya wajib terlibat, perusahaan-perusahaan swasta, para konglomerat dan investor, LSM, bahkan hingga di tingkat individu perlu terlibat untuk membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, atau lebih baik lagi; mencetak pihak-pihak yang dapat membuka lapangan pekerjaan.

Meskipun koperasi tidak bisa menyelesaikan permasalahan pengangguran, akan tetapi koperasi jika diberdayakan secara penuh dapat mengurangi secara signifikan jumlah pengangguran di Indonesia. Lantas pertanyaan yang timbul lagi, bagaimana caranya? Berikut salah satu cara koperasi bisa mengurangi tingkat pengangguran. Pasti ada cara-cara lain, akan tetapi dalam tulisan ini saya batasi satu cara koperasi bisa membantu mengatasi masalah pengangguran.

Dalam satu wilayah, katakanlah satu kabupaten atau kota. Pasti ada orang-orang yang memiliki keahlian spesifik. Ada yang memiliki keahlian memasak, ada yang memiliki keahlian melayani orang lain (customer service), ada yang memiliki keahlian mengajar, ada yang memiliki keahlian memasarkan, dan lain sebagainya. Secara orang per orang, secara individu mereka mungkin tidak bisa mendirikan dan menjalankan bisnis sendiri. Orang yang ahli memasak misalnya, tidak tahu bagaimana cara memasarkan masakannya, tidak tahu bagaimana mengelola bisnis seandainya ia mau buka rumah makan, tidak tahu cara melayani pelanggan yang baik, yang ia tahu hanya memasak masakan yang enak.

Bagaimana jika orang yang ahli masak tersebut bergabung dengan orang yang pandai memasarkan (offline maupun online), orang yang ahli desain interior (untuk desain rumah makan), orang yang ahli administrasi (untuk mengurus pembukuan dan administrasi rumah makan), dan bergabung dengan orang-orang lainnya yang mampu menyumbang sesuatu untuk berdirinya rumah makan. Yang tadinya secara orang per orang tidak bisa membuat suatu usaha, dengan bergabung melalui bentuk koperasi, akhirnya bisa membuat usaha sebuah rumah makan. Yang rumah makan tersebut dapat menyerap tenaga kerja seperti asisten juru masak, kasir, pelayan, tukang parkir. Semakin besar rumah makannya, semakin bertambah cabangnya, semakin banyak pula tenaga kerja yang diserapnya.

Contoh diatas jika dikembangkan lebih lanjut, diperluas, bisa menjadi bentuk usaha yang sustainable bahkan usaha konglomerasi yang dimiliki oleh banyak orang. Dalam kasus diatas, tukan masak, ahli desain interior, ahli administrasi, bahkan tukang parkir menjadi pemilik sekaligus pekerja di rumah makan tersebut.

Contoh lainnya misalnya orang yang punya bengkel las kecil-kecilan, ia tahu bagaimana membuat pagar, teralis dan rekayasa logam lainnya. Namun ia tidak tahu bagaimana melakukan pembukuan yang tertib, tidak tahu bagaimana memasarkan usahanya secara optimal, tidak tahu bagaimana mengembangkan usahanya. Di tempat yang tidak terlalu jauh ada usaha pangkas rambut, gerobak gorengan, kios fotokopi dan ATK. Masing-masing dari mereka memiliki keahlian teknis dalam usahanya masing-masing namun tidak memiliki keahlian dalam bidang pemasaran, keuangan dan bisnis. Sehingga usahanya berjalan begitu-begitu saja dari tahun ke tahun, tenaga kerja yang diserap pun hanya satu atau dua orang.

Bayangkan jika orang-orang yang punya usaha, orang-orang yang punya keahlian di bidang pemasaran, keuangan, dan bisnis bisa bergabung dalam suatu wadah. Orang-orang yang punya usaha diuntungkan dengan jasa profesional dan usahanya berkembang. Orang-orang yang punya keahlian diuntungkan dengan mendapat pekerjaan dan ilmunya bermanfaat bagi orang lain. Dengan berkembangnya usaha masing-masing orang, tentunya tenaga kerja yang diserap juga akan semakin banyak. Dengan begitulah koperasi dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran.

Dengan bergabung dalam satu koperasi, orang yang punya usaha dibantu agar usahanya tumbuh berkembang serta dikelola secara profesional. Skala usahanya meningkat, efeknya pasti semakin skala usaha berkembang semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Sebaliknya, usaha yang berdiri sendiri, tidak tergabung dalam koperasi, tidak tersentuh sentuhan profesional. Usahanya cenderung mandek, begitu-begitu aja dari waktu ke waktu, tenaga kerja yang diserap pun tidak banyak.

Itu hanya salah satu cara dari banyak cara koperasi bisa membantu mengurangi penganguran. Intinya koperasi menyediakan wadah untuk orang per orang bisa saling berkolaborasi, hasli dari kolaborasi itu adalah suatu hal yang insyaallah positif, salah satu hasil dari kolaborasi tersebut adalah terciptanya lapangan pekerjaan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -