Archive for November 2015

Kualitas Manajer Koperasi: Mengerti Pembukuan

Umumnya pengurus koperasi di Indonesia tidak terlalu paham mengenai pembukuan, karena jarang sekali saat pemilihan pengurus baru koperasi ada fit and proper test yang menguji pengetahuan calon pengurus tentang pembukuan. Jenis koperasi yang beragam menjadikan pengurus koperasi pun berasal dari latar belakang yang beragam. Koperasi rumah sakit misalnya, pengurusnya kemungkinan besar adalah dokter, yang dipelajarinya adalah menghitung tulang bukan menghitung uang. Koperasi nelayan, pengurusnya sudah pasti nelayan, yang tugasnya mencari ikan bukan mengklasifikasi akun. Memang pengurus baiknya tahu soal pembukuan, dan dalam masa kepengurusan tiga tahun itu masa iya tidak sempat belajar mengenai pembukuan. Tapi pada kenyataanya jarang pengurus yang mau dan bisa belajar mengenai pembukuan, terlebih lagi pengurus yang dari awal sudah paham pembukuan. Terkecuali di koperasi Ikatan Akuntan Indonesia, pengurusnya sudah pasti mengerti pembukuan.

Kalau begitu jika pengurusnya tidak tahu pembukuan, lantas manajer koperasinya juga tidak tahu pembukuan, terus keuangan koperasi mau dibuat seperti apa? Bisa-bisa uang anggota yang sudah terkumpul tidak tahu kemana juntrungannya. Ini terjadi kepada saya ketika pertama kali ditugaskan menjadi pengelola koperasi, tugas pertama dari pengurus kepada saya saat itu adalah 'Coba cari tahu uang koperasi kemana aja?', saya langsung paham saat itu kalau harus membuat neraca sebagai alat untuk menjelaskan kemana saja uang koperasi. Di neraca lalu saya jelaskan 'Ini loh uang koperasi ada yang dalam bentuk kas, bank, piutang, aset tetap, work in process, utang, modal'. Baru kemudian pengurus berkata 'ooh' sambil kerut di dahi nya hilang. Itu karena pengelola sebelumnya tidak paham akuntansi, yang dicatat hanya kas masuk dan kas keluar. Sedangkan transaksi-transaksi non kas tidak dicatat, tidak ada rekap biaya, rekap pendaptan, rekonsiliasi rekening koran, dan lain-lain.

Pembukuan itu apa sih? Pembukuan itu adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan yang ada di suatu perusahaan untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan keuangan secara tepat waktu dan akurat. Dengan disiplin ilmunya yang bernama akuntansi.  Pencatatan transaksi disini tidak cuma transaksi yang terkait kas seperti pembelian barang secara tunai atau memberikan pinjaman ke anggota. Transaksi disini juga terkait kejadian-kejadian yang tidak melibatkan kas, seperti pengakuan pendapatan, pengakuan utang, penyusutan aset. Transaksi juga tidak cuma yang melibatkan koperasi dengan pihak lain, seperti pembayaran utang atau penerimaan simpanan anggota. Ada transaksi-transaksi yang terjadi secara internal, seperti pengakuan beban penyusutan tiap bulan, alokasi penyisihan resiko piutang, penghapusan piutang tak tertagih.

Orang yang tahu pembukuan mengenali transaksi-transaksi apa yang perlu dicatat, bagaimana mencatatnya (dalam bentuk jurnal), bagaimana menyajikannya dalam bentuk laporan yang sesuai standar akuntansi, bagaimana nanti menemukan kesalahan-kesalahan dalam pencatatan, dan lain sebagainya. Orang yang tahu akuntansi tahu ketika membeli barang, apakah barang tersebut dicatat sebagai biaya atau pembelian aset, kalau dicatat sebagai pembelian aset akan disusutkan berapa lama, dengan metode apa. Kalau sebelum masa pakainya habis harus dijual, bagaimana mencatat transaksinya, dan seterusnya.

Memang seorang manajer tidak perlu menangani pembukuan sendiri, seorang manajer koperasi perlu memiliki staf khusus yang menangani pembukuan, memverifikasi transaksi, mencatat jurnal, seorang staf akuntansi. Namun pengetahuan mengenai pembukuan itu sendiri mutlak diketahui oleh manajer koperasi, tujuannya antara lain agar jika terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam pencatatan keuangan, seorang manajer koperasi mampu mengidentifikasi dimana kesalahan atau penyimpangan itu terjadi. Selain itu pada awal koperasi berdiri biasanya manajer koperasi hanya sendiri atau dibantu oleh beberapa orang staf, yang karena kemampuan keuangan koperasi yang baru berdiri ini masih minim, belum mampu merekerut staf akuntansi yang kompeten. Disinilah peran manajer koperasi untuk membangun sistem akuntansi yang rapih, melatih staf yang ada untuk menjalankan sistem tersebut, lantas mengawasi apakah sistem akuntansi yang tadi sudah dibuat bisa dijalankan dengan baik dan sudah efisien.

Akuntansi juga tidak sembarang pakai logika, tidak bisa orang menangani pembukuan hanya dengan bermodalkan logika tanpa dasar ilmu yang memadai. Minimal harus lulus mata kuliah pengantar akuntansi 1 dan 2. Atau kalau mau otodidak, baca buku Accounting yang tebalnya 10 centi. Memang di toko buku banyak buku-buku akuntansi yang sifatnya praktis dan tipis, mempelajari buku itu saja sebenarnya cukup... untuk tingkat pengurus. Kalau untuk tingkat manajer koperasi dan supervisor keuangan, buku tersebut tidaklah memadai. Banyak hal yang tidak bisa diungkap dalam buku akuntansi yang tipis. Perlu pemahaman yang komprehensif mengenai pembukuan bagi seorang manajer koperasi.

Karenanya persayaratan yang direkomendasikan untuk menjadi manajer koperasi adalah berlatar belakang pendidikan manajemen atau akuntansi. Bahkan orang yang kuliah di jurusan akuntansi pun, kalau berasal dari kampus yang tidak bonafid, apalagi orangnya kurang cerdas, kurang bisa mempraktikan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan kebutuhan pembukuan di koperasi. Terlebih lagi orang yang tidak punya dasar ilmunya. Merekerut manajer koperasi dari orang yang berlatar belakang teknik atau hukum misalnya, tidak dilarang memang, tapi orang tersebut perlu mengejar untuk belajar mengenai pembukuan. Syukur-syukur kalau ia di back up oleh staf atau supervisornya yang mengerti akuntansi, kalau tidak berantakan sudah jadinya keuangan koperasi. Mungkin ini salah satu penyebab runtuhnya banyak koperasi, ketika di koperasi tersebut tidak ada yang paham mengenai pembukuan, baik itu pengurusnya atau pengelolanya.

Pembukuan dan penyajiannya juga punya aturan, namanya standar akuntansi. Kalau di koperasi saat ini yang berlaku adalah Standar Akuntansi untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau disingkat SAK ETAP. Mungkin ada yang berkata 'Jangankan SAK ETAP, kata 'akuntansi' saja masih awam di koperasi saya', ya kalau begitu jangan dibiarkan kondisi tersebut berlarut-larut. Ketertingalan jangan dibiarkan, kurangnya kompetensi jangan dianggap wajar. Pilihannya cuma dua, belajar atau merekrut orang yang ahli. Tidak bisa dibiarkan koperasi berjalan tanpa pembukuan yang rapih dan sesuai standar. Bagaimana koperasi bisa besar jika pembukuannya tidak rapih. Ketika meminta tambahan modal kerja dari lembaga keuangan pasti yang diminta adalah laporan keuangan, laporan keuangan yang diakui adalah yang mendapat pendapat wajar dari akuntan publik. Kalau metode pencatatan dan pembukuannya saja tidak tahu bagaimana bisa mendapat pendapat wajar, di audit akuntan publik saja tidak berani.

Saran saya ketika merekerut manajer koperasi, harus di tes pengetahuan akuntansinya. Minimal ia tahu golongan akun apa saja, kalau bertambah di debit atau di kredit, kalau ada transaksi jurnalnya bagaimana, apa saja yang ada di neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal. Kalau di koperasi karyawan, tinggal minta tolong bagian akuntansi di perusahaan untuk mengetes kemampuan akuntansi calon manajer koperasi. Kalau di koperasi lain bisa meminta bantuan lembaga manajemen untuk proses seleksinya. Koperasi yang didalamnya tidak ada orang tahu pembukuan itu rawan, rawan kesalahan dan rawan penyimpangan.

Jalan kedua selain merekrut orang yang paham akuntansi, adalah dengan melakukan pelatihan. Meskipun sudah tahu akuntansi itu seperti apa, tetap diikutkan pelatihan mengenai akuntansi. Karena koperasi pastinya berkembang, transaksi yang ada di dalamnya pun akan bertambah rumit dan bertambah besar volumenya, ini membutuhkan tingkat kompetensi baru, perlu tambahan ilmu baru. Jika nanti koperasi memutuskan untuk membentuk anak perusahaan, maka perlu diketahui bagaimana pemisahan kekayaannya, bagaimana pembagian devidennya, bagaimana pencatatan transaksi antara induk dan anak perusahaan.

'Koperasi saya masih kecil, tidak sanggup bayar manajer koperasi yang berpengalaman, cuma sanggup bayar gaji staf administrasi.' Ya kalau begitu staf administrasi itu disuruh belajar akuntansi dari buku-buku yang banyak terdapat di toko buku. Atau datangkan pengajar dari kampus setempat untuk mengajari akuntansi sekaligus membuatkan sistemnya. Sebenarnya kalau ada kemauan pasti ada jalan, membeli buku akuntansi lantas mempelajarinya tidak butuh uang lebih dari seratus ribu. Masa iya, sekecil-kecilnya koperasi, seratus ribu tidak punya. Berhenti berkilah atau beralasan, kalau koperasi perlu pembukuan yang rapih ya lantas itu perlu dilakukan sebisa mungkin.

Kata orang accounting is a languange of business. Koperasi juga merupakan sebuah bisnis, koperasi yang tidak tahu akuntansi seperti orang yang bisu. Orang yang bisu itu sulit berkomunikasi dengan orang lain, begitu pun koperasi yang tidak menerapkan pembukuan yang standar akan sulit berkomunikasi dengan dunia bisnis. Lantas ini tugasnya siapa agar koperasi bisa berbicara bahasa bisnis (akuntansi), dengan tegas saya katakan ini masuk ke dalam job desc manajer koperasi.

Kualitas Manajer Koperasi: Dekat dengan Allah

Kualitas pertama dan utama yang penting untuk dimiliki oleh manajer koperasi adalah dekat dengan Allah. Well, sebenarnya bukan cuma manajer koperasi yang penting untuk dekat dengan Allah, semua profesi bahkan orang yang tidak punya profesi sekalipun penting untuk dekat dengan Allah. Mengapa dekat dengan Allah menjadi hal yang terpenting? Sebenarnya saya heran kalau ada orang yang bertanya seperti itu, itu sama halnya bertanya mengapa sinar matahari penting untuk kehidupan di bumi. Jawabannya sudah jelas. Namun tetap saya jelaskan disini. Segala sesuatu itu terjadi karena kehendak Allah, bahkan sehelai daun yang jatuh pun jatuhnya atas izin dari Allah. Koperasi Anda kalau ingin maju apakah perlu izin dari Allah? Tentu. Pekerjaan Anda sebagai manajer koperasi jika ingin lancar apakah perlu izin dari Allah? Pasti. Apakah yang membuat koperasi Anda maju? Apakah karena modalnya yang besar, usahanya yang lancar, pengurusnya yang kompeten, manajernya yang ahli. Pada hakikatnya bukan karena faktor itu, pada hakikatnya koperasi bisa maju adalah karena izin Allah. Titik.

Setelah mengakui satu hal itu, bahwa kemajuan koperasi bergantung pada Allah. Baru kemudian kita bicara bagaimana memperkuat modal koperasi, bagaimana memperluas usaha, bagaimana menjadi pengurus yang kompeten, bagaimana mencari manajer koperasi yang berpengalaman, dan lain sebagainya. Yang barusan saya bicarakan merupakan penyebab dan akibatnya adalah majunya koperasi. Penyebab dan akibat ini bukan hal yang otomatis, ada sebab lalu ada akibat, bukan begitu. Seperti api merupakan penyebab dan akibatnya adalah terbakar. Tapi kalau Allah tidak mengizinkan api menyebabkan dapat membakar, maka api tidak dapat membakar seperti api tidak dapat membakar Nabi Ibrahim AS. Begitupun segala rancang bangun manajemen koperasi yang bagus tidak serta merta membuat koperasi maju tanpa adanya izin Allah. Itu yang harus dipegang terlebih dahulu.

Bagaimana agar Allah mengizinkan koperasi kita maju dan berkembang? Ya dekati Allah, berdoa, beramal soleh, berikhtiar yang benar sesuai syariat. That simple. Manajer koperasi yang ingin koperasinya maju harus sholat tepat waktu, ketika adzan memanggil langsung melangkahkan kaki ke masjid, kalau perlu sebelum adzan sudah ada di masjid. Di panggil pengurus saja langsung kita berangkat, masa dipanggil Raja Seluruh Alam kita tidak menyegerakan diri. Bisa saja sih koperasi kita maju, tanpa kita taat, bisa saja kalau Allah mengizinkan. Tapi biasanya semakin maju dan berkembangnya koperasi, semakin bertambah pula permasalahan yang dihadapi koperasi. Utang tak terbayar, anggota yang masih punya pinjaman kabur, aset dicuri, laporan keuangan tidak balance, dan banyak masalah lain. Yang ada koperasi yang bertambah besar membuat kita tambah sulit ibadah, waktu untuk pribadi dan keluarga berkurang, stress bertambah, banyak penyimpangan, dan musibah lainnya.

Shalat itu yang utama dan pertama kali diperhatikan agar bisa dekat dengan Allah, diiringi dengan ibadah wajib dan sunah lainnya. Dan harus dibarengi dengan tidak melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang. Manajer koperasi jangan minum-minuman keras, jangan berzina, jangan korupsi, jangan berdusta, jangan mengambil riba dan lain sebagainya. Semakin dekat hubungan kita dengan Allah, insyaallah segala urusan akan dipermudah. Kita tidak merasa terlalu stress karena kita merasa punya tempat bersandar yang kokoh. Kita tidak akan merasa terlalu terbebani oleh masalah, karena setiap ada masalah yang tidak terpecahkan oleh pikiran dapat dipecahkan oleh doa kepada Allah.

Kedekatan dengan Allah ini hendaknya ditularkan dari manajer koperasi ke staf-stafnya. Ajak stafnya yang laki-laki untuk shalat berjamaah di masjid, ajak stafnya yang wanita untuk menutup aurat, jangan terlalu banyak bercampur yang tidak perlu antara laki-laki dan wanita. Kalau perlu digalakkan shalat dhuha, pengajian rutin di kantor, potong gaji untuk zakat dan sedekah, kalau pas meeting datang waktu sholat meetingnya rehat dulu, kalau bisa begitu insyaallah koperasinya berkah. Lebih mudah untuk berkembang dan yang pastinya masalah-masalah jauh.

Ada yang bilang 'Urusan dunia kok dicampur-campur sama urusan akhirat! Koperasi itu urusan dunia, shalat itu urusan akhirat!'. Saya cuma bisa bertanya, memang Tuhannya dunia dan Tuhannya akhirat itu beda? Memangnya manusia punya kekuatan untuk begini begitu kalau tanpa izin Allah. Bukannya tidak ada daya upaya melainkan dari Allah. Orang yang menganggap kedekatan dengan Allah itu tidak perlu untuk urusan dunia, salah satunya untuk mengelola koperasi, orang yang seperti itu adalah orang yang sombong dan tidak beriman. Saya menyerah kalau harus mengelola koperasi yang pengurusnya seperti ini.

Bangsa Indonesia merdeka pun, para pendiri bangsa ini menyadari bahwa kemerdekaan adalah atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Koperasi dapat maju pun sama atas berkat rahmatNya. Bukan atas kelihaian pengurus atau kepandaian pengelola koperasi. Kalau koperasi Anda ingin maju, dekat-dekat dengan Allah. Pengurusnya, pengelolanya, anggotanya, semuanya. Saya berkata begini bukan semata teori atau katanya, saya bilang begini karena pengalaman pribadi. Ada perbedaan ketika kita sebagai manajer koperasi, mengelola koperasi dalam posisi taat kepada Allah, dan mengelola koperasi ketika lalai dari Allah. Ketika kita taat kepada Allah, masalah tetap ada tapi dapat dilalui dengan mudah. Ketika kita lalai dari Allah, masalah datang lebih banyak, bahkan masalah yang kecil pun jadi besar, terlebih lagi pikiran mudah stress.

Saran saya, sudahlah menyerah saja pada Allah. Dekatkan diri Anda pada Allah, jauhi maksiat dan lakukan ketaatan. Insyaallah hidup tenang dan pekerjaan menjadi berkah. Soal mengelola koperasi biarkan Allah yang urus, melalui tangan Anda sebagai manajer koperasi. Ketika ada masalah di koperasi, berdoa, berusaha sebaik mungkin dan serahkan penyelesaiannya pada Allah. Ketika keberhasilan itu datang, ketika masalah selesai, katakanlah keberhasilan ini, selesainya masalah ini bukan atas usaha saya tapi atas izin Allah. Begitu kan indah jadinya.

Pentingnya Pendidikan Koperasi

Koperasi yang baik adalah kopearsi yang menerapkan prinsip koperasi. Salah satu prinsip koperasi adalah pendidikan koperasi. Pendidikan ini dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan ideologi koperasi dan pendidikan manajemen koperasi. Seringkali yang lebih ditekankan sekarang ini adalah pendidikan mengenai manajemen koperasi, padahal menurut saya pendidikan utama yang harus lebih ditekankan adalah pendidikan atas ideologi koperasi. Meskipun ke dua kategori pendidikan ini harus berjalan beriringan, ibaratnya sepatu kanan dan kiri. Keduanya harus dipakai supaya berfungsi, tapi ada sunnahnya untuk memakai sepatu kanan terlebih dahulu. Begitu pun pendidikan koperasi harus didahulukan pendidikan atas ideologinya, dipesankan oleh Bung Hatta bahwa pendidikan ideologi koperasi harus didahulukan dibanding pendidikan mengenai manajemen koperasi.

Jika bicara mengenai pendidikan koperasi, maka mungkin saya perlu satu buku khusus untuk menulis tentang pendidikan koperasi. Karena pendidikan koperasi ini nyatanya lebih luas daripada pendidikan untuk mengurus PT. Mulai dari pendidikan ideologi koperasi, disitu harus ditanamkan kepada seluruh orang yang terlibat di koperasi agar punya sifat gotong royong, toleransi, saling bekerja sama, mandiri, gemar menyimpan, sabar, dan sikap-sikap baik lainnya. Justru tujuan utama koperasi menurut Bung Hatta adalah agar koperasi menjadi sarana pendidikan moril bagi masyarakat dan anggota koperasi pada khususnya. Dari moril dan sikap yang baik itu maka sudah setengah jalan menuju masyarakat yang sejahtera sebagaimana dicita-citakan oleh koperasi. Jadi sebenarnya bukan besar-besaran SHU yang menjadi tolok ukur keberhasilan koperasi, namun seberapa paham anggotanya terhadap nilai-nilai koperasi dan sejauh mana nilai-nilai tersebut diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan ideologi koperasi ini sudah sangat jarang ditemui di koperasi-koperasi Indonesia. Bentuknya koperasi tapi yang dipikirkan cuma meningkatkan SHU dari tahun ke tahun. Jangankan mendidik anggota, pengurus dan pengelolanya saja belum tentu paham mengenai tujuan, prinsip, dan nilai-nilai koperasi. Ada yang berkata 'Memangnya perlu pendidikan ideologi koperasi, itu kan hal yang sifatnya teori dan normatif saja?'. Kalau begitu buat apa memilih badan hukum koperasi, buat saja PT sekalian, tidak usah repot memikirkan hal-hal yang sifatnya normatif, biar uang yang berbicara. Pendidikan ini penting karena pendidikan adalah jiwanya koperasi, justru itulah yang membedakan antara koperasi dan PT.

Bagaimana melaksanakan pendidikan ideologi koperasi? Pertama ketika menerima anggota baru, calon anggota diharuskan menjalani pendidikan perkoperasian terlebih dahulu yang didalamnya ditekankan mengenai ideologi koperasi, tujuan, dasar, asas, prinsip, nilai koperasi. Kalau calon anggota sudah menjalani pendidikan dan sudah paham baru bisa diterima menjadi anggota. Kedua, ada program kerja rutin untuk mendidik anggota koperasi yang sudah ada, bisa sebulan atau beberapa bulan sekali diadakan pertemuan, penyuluhan, seminar yang membahas mengenai ideologi koperasi. Perlu juga ada semacam kerja bakti, dimana di satu waktu anggota-anggota koperasi bekerja bersama untuk kepentingan koperasi. Kalau koperasinya koperasi petani, bisa kerja bakti membuka lahan baru. Kalau koperasinya koperasi pedagang, kerja bakti nya bisa mengadakan bazaar yang keuntungannya lantas disimpan di koperasi. Kalau koperasinya koperasi karyawan, bisa kerja bakti membuat sistem kerja yang mapan di koperasi. Dan banyak ide-ide lainnya yang memungkinkan anggota berkontribusi langsung ke koperasi, jadi kontribusi anggota tidak hanya sebatas uang berupa simpanan, tapi juga berbentuk waktu, tenaga, dan pikiran. Ini pun merupakan pendidikan koperasi terhadap anggotanya, mendidik anggota agar punya rasa memiliki yang tinggi terhadap koperasi.

Kemudian pendidikan mengenai manajemen atau organisasi koperasi. Ini juga perlu, kalau tadi pendidikan ideologi adalah sepatu kanannya, maka pendidikan mengenai manajemen koperasi adalah sepatu kirinya. Tidak bisa sekumpulan orang yang bersemangat dan paham mengenai koperasi, lantas menjalankan badan usaha koperasi tanpa tahu ilmu mengenai manajemen dan pembukuan, bisa berantakan hasilnya. Pendidikan manajemen ini yang saat ini marak, bahkan dari dinas koperasi pun lebih banyak mengusung tema pelatihan terkait manajemen koperasi, seperti akuntansi, perpajakan, pengembangan usaha, dan lain-lain. Sehingga kesannya tidak seimbang antara pendidikan ideologi dan pendidikan manajemen. Efeknya koperasi berubah semata-mata menjadi mesin uang, anggota tidak tahu apa-apa yang penting tiap tahun dapat SHU dari koperasi.

Pendidikan manajemen koperasi ini penting agar koperasi bisa berjalan tertata, pengelolaan keuangannya jelas, pengelolaan tenaga kerjanya sesuai peraturan ketenagakerjaan, pengelolaan usahanya profesional. Manajemen koperasi yang baik diperlukan agar koperasi bisa sustainable, bertahan dalam jangka waktu lama, bisa bersaing dengan badan usaha lain, bisa menjadi besar. Tanpa adanya manajemen yang rapih, koperasi akan bertahan pada level usaha kecil dan menengah, sulit untuk masuk ke level usaha besar. Ini didapat tentunya dengan adanya pendidikan manajemen koperasi. Dengan mendidikn pengurus dan pengelolanya untuk lebih kompeten di bidang manajemen, keuangan, akuntansi, pajak, ketenagakerjaan, human development, product development, business process, dan sebagainya. Manajemen koperasi disini tidak banyak berbeda dengan manajemen perusahaan pada umumnya

Siapa saja yang perlu di didik di koperasi itu? Semuanya, mulai dari anggota, pengawas, pengurus, pengelola, karyawan koperasi. Tentunya dengan porsi dan kepentingannya masing-masing. Anggota misalnya tidak perlu di didik di ikutkan pelatihan akuntansi, sementara pengawas wajib di ikutkan pelatihan auditing. Disini pengurus punya kewajiban melakukan training need analysis setiap tahun. Siapa saja yang perlu ikut pelatihan apa, kapan dan berapa biayanya, apa tujuan yang hendak dicapai dari hasil pelatihan tersebut. Bahkan program kerja bakti pun bisa masuk ke dalam agenda pelatihan sebagai sarana untuk mendidik sikap gotong royong anggota.

Pendidikan adalah pekerjaan yang tak mengenal kata berhenti selama koperasi berdiri. Pendidikan adalah belajar, dan belajar itu prosesnya dari mulai ayunan hingga menjelang menghembuskan nafas terakhir. Belajar adalah never ending activities, pendidikan adalah proses yang harus dilakukan terus-menerus. Ilmu itu luas, semakin kita tahu suatu hal semakin kita juga tahu ada lebih banyak hal yang tidak kita ketahui. Belajar itu membuka mata, memperluas pandangan, dan itulah hal yang pertama dibutuhkan untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan koperasi pun tidak mengenal kata berhenti, masih banyak yang kurang yang perlu diperbaiki dari koperasi kita, jalan utamanya adalah melalui pendidikan koperasi.

Lantas apa hasil dari pendidikan koperasi? Dalam jangka panjang saya yakin akan berpengaruh terhadap profit koperas dan secara umum manfaat lain yang diterima anggota, baik yang bersifat finansial maupun non finansial. Meskipun tujuan pendidikan itu sendiri tidak bisa diukur dalam satuan mata uang. Tujuan pendidikan terasa ketika sikap orang-orang yang ada di koperasi berubah menjadi lebih baik. Dalam jangka pendek mungkin tidak terlalu terasa dampaknya, tapi teruslah dilakukan pendidikan itu dengan penuh keyakinan bahwa pendidikan itu perlu dan harus. Bahkan menunggu hasil dari pendidikan itu sendiri adalah didikan membentuk sifat sabar. Alokasikan sumber daya yang cukup untuk maksud pendidikan koperasi. Jangan sampai koperasi seperti mayat hidup, berjalan tanpa jiwa. Hanya memikirkan profit tanpa ada perhatian terhadap pendidikan.

Jadilah koperasi yang benar-benar koperasi. Koperasi yang mendidik, bukan sekedar koperasi yang mencari untung. Mendidik seluruh komponen yang ada di koperasi, mendidik anggota dan masyarakat. Tidak hanya mendidik pikiran, terlebih penting mendidik hati dan perilaku. Sabar menunggu hasil dari didikan tersebut.

Koperasi Sebagai Benteng Budaya Konsumerisme

Ada salah kaprah di masyarakat kita, yaitu bahwa kehadiran koperasi adalah sarana untuk meminjam, bukan menyimpan. Ini berkebalikan dengan apa yang dengan lantang disuarakan oleh Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta dalam pidatonya berpesan 'Koperasi melakukan jual-beli dengan kontan. Karena itu anggota-anggota koperasi lambat laun terdidik supaya jangan hidup lebih besar dari kemampuan dan pendapatan. Apabila orang ingin akan sesuatu barang yang mahal, ia harus menyimpan lebih dahulu, sampai terkumpul yang pembelinya. Dengan begitu orang terpelihara dari daya-penarik beli-sewa, yang sering kali menyebabkan orang berutang.' Silakan Anda cerna sendiri kalimat Bung Hatta barusan. Saat ini bahkan ada koperasi yang menggiatkan anggotanya untuk meminjam, untuk membeli barang secara kredit. Saat ini anggota koperasi lebih bernafsu untuk meminjam daripada menyimpan, bahkan ada koperasi yang baru berdiri yang modalnya habis duluan untuk dipinjamkan kepada anggota. Kalau begini, dimana ideologi koperasi yang dulu diperjuangkan mati-matian oleh Bung Hatta? Atau sedari awal kita membentuk koperasi, kita sudah tidak peduli lagi dengan ideologi, yang kita pedulikan hanya bisnis, bisnis dan bisnis.

Sekali lagi saya tegaskan, apa yang sudah diucapkan oleh Bung Hatta lebih dari 50 tahun lalu, koperasi bukan hanya sebagai sarana berbisnis dan berdagang. Koperasi terlebih lagi merupakan sarana pendidikan bagi segenap masyarakat, baik yang di desa maupun yang di kota, baik itu buruh di pabrik atau mahasiswa di kampus. Apa yang dididik? Sifat dan jiwanya. Koperasi mengajari manusia untuk bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakatnya. Salah satu bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat adalah dengan jalan memenuhi KEBUTUHAN HIDUP secara mandiri, baik secara perorangan maupun kelompok. Mengapa KEBUTUHAN HIDUP saya tulis dalam huruf kapital, karena koperasi memperjuangkan KEBUTUHAN HIDUP, sandang, pangan, papan, dan pendidikan, BUKAN KEINGINAN HIDUP. Zaman sekarang buruh berutang ke koperasi untuk membeli handphone keluaran terbaru, padahal ia masih tinggal di kontrakan. Padahal jauh lebih bijak jika uang yang digunakan untuk mencicil handphone tersebut disimpan di koperasi untuk uang muka mengambil rumah sederhana.

Koperasi jangan mau dikatakan pelit jika tak mau meminjamkan uang untuk keperluan konsumtif. Justru koperasi harus selektif dalam meminjamkan uang, kalau perlu diwawancara dulu untuk apa keperluan meminjam uang. Disinilah peran koperasi yang sebenarnya, sebagai sarana pendidikan bagi anggota untuk tidak bersikap konsumtif. Di tengah gencarnya godaan media untuk membeli berbagai macam barang yang bukan kebutuhan pokok, koperasi dapat menjadi jangkar bagi masyarakat untuk tidak terhanyut dalam budaya konsumerisme. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang belum punya tabungan pendidikan untuk anaknya tapi sudah punya beban cicilan mobil. Menjadi hal yang ironis bahwa sesuatu yang primer, pokok, terkalahkan oleh sesuatu yang sekunder, bahkan tertier. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang tidak sanggup menabung tiga ratus ribu per bulan tapi sanggup membeli rokok sebungkus tiap hari, yang harga sebungkusnya lebih dari sepuluh ribu.

Peran koperasi bukan hanya sekedar bagi-bagi SHU tiap tahun. Peran koperasi yang jauh lebih penting adalah untuk mendidik anggota. Mengajarkan anggota untuk senantiasa menabung dan tidak terlampau konsumtif.
Senin, 02 November 2015

Orang Tua di Koperasi

Coba deh Anda sekali-kali berkunjung ke Dinas Koperasi Kabupaten atau Kota setempat, atau ke Dekopinda. Orang dengan range umur berapa yang Anda temui disana? Saya berani jamin, 90% ke atas adalah orang-orang yang usianya 40 bahkan 50 tahun ke atas. Mengapa orang-orang yang ditugaskan untuk menjadi fasilitator dan katalisator gerakan koperasi adalah orang-orang tua. Kemana orang mudanya? Mungkin orang-orang mudanya sibuk mencari kerja dan berkarir di perusahaan swasta yang bisa menggaji mereka lebih baik. Bagi orang-orang muda, persepsinya terhadap koperasi adalah 'kerja di koperasi ga da duitnya', dan memang begitu kenyataannya. Kerja di koperasi saat ini memang tidak banyak duitnya. Tapi ada satu hal di koperasi yang lebih mahal dari uang, yaitu pengabdian.

Dalam tulisan ini saya tidak membahas mengenai 'yang muda', saya mau membahas 'yang tua'. Orang tua itu identik dengan lebih banyak pengalaman, lebih bijak, lebih matang. Dan beberapa orang tua memang seperti itu, juga ada yang tidak begitu. Orang tua juga identik dengan lamban, kolot, sulit belajar dan menerima hal baru. Ada sedikit orang tua yang masih cekatan, terbuka, dan masih mau banyak belajar mengenai hal-hal baru, tapi itu sedikit sekali. Lantas, orang-orang tua yang ada di Dinas Koperasi dan Dekopin itu orang tua yang seperti apa? Saya tidak bisa mengeneralisir, silakan Anda berkunjung, lihat, dan nilai sendiri. Kalau saya boleh mengkategorikan orang tua yang ada di Dinas Koperasi dan Dekopin, saya akan mengkategorikannya ke dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang ada disana untuk mengabdi. Kedua, mereka yang ada disana karena terbuang.

Mereka yang ada untuk mengabdi
Adalah mereka yang punya banyak pengalaman dan tidak ragu membagi pengalamannya kepada orang yang lebih muda. Orang tua seperti ini banyak membimbing, berbagi ilmu, bercerita tentang pengalamannya. Berharap agar orang muda belajar dari pengalamannya, tidak jatuh pada kesalahan yang sama. Mereka sadar bahwa gerak mereka tidak secepat dulu, bahwa orang muda punya langkah yang lebih cepat dan panjang dibanding dirinya, karenanya mereka membiarkan orang muda memimpin dan berada di depan. Orang tua seperti ini tidak mempertahankan yang lama jika ada hal baru yang membuat segala sesuatunya lebih baik. Yang dipikirkan orang tua ini adalah bagaimana menghabiskan sisa usianya untuk mengabdi dan berbagi. Sadar bahwa masa kekuasaan dan zaman keemasannya sudah berakhir, dan karenanya tidak lagi punya hasrat untuk selalu dihormati, justru karakteristik itulah yang membuat mereka terhormat hingga akhir hayat. Berhadapan dengan orang tua yang seperti ini membuat kita berujar dalam hati 'Saya ingin menjadi seperti beliau ketika tua nanti'.

Mereka yang ada karena terbuang
Seringkali koperasi menjadi tempat buangan orang-orang yang sudah pensiun, atau mereka yang dinilai tidak punya kompetensi. Mereka ini adalah orang tua yang kerjanya lebih banyak mengeluh dan bergosip. Mengeluh menyalahkan pemerintah atau apapun di luar diri mereka atas masa tua mereka yang kurang sejahtera. Bergosip mengenai apapun yang ada di TV. Tidak banyak ilmu dan pengalaman yang bisa ditimba dari orang tua ini, karena memang mereka tidak punya banyak. Jangan coba-coba bertanya 'Karya terhebat apa yang pernah bapak/ibu hasilkan?' Karena itu hanya akan menyinggung mereka. Hawa yang terasa ketika berada di dekatnya adalah hawa negatif berikut kepulan asap rokok. Yang diceritakan biasanya adalah masa-masa kejayaan mereka dulu yang sebenarnya tidak seberapa. Kalau orang tua model ini memiliki jabatan, mereka sombong dengan jabatannya. Kalau tidak punya jabatan, mereka minder dan berkeluh kesah. Yang tersisa dari  orang tua seperti ini adalah kehampaan dan status quo. Sisi positifnya, bertemu dengan orang tua model ini kita jadi teringat untuk berdoa 'Ya Allah, jangan jadikan masa tua ku seperti ini'

Saya rindu orang tua yang tipe pertama dan ingin menjadi seperti itu kelak. Selama badan dan pikiran ini sehat insyaallah saya akan mengabdi untuk gerakan koperasi Indonesia.

SHU Sebagai Manfaat Tidak Langsung Koperasi

Saya ingin bercerita mengenai pengurus koperasi yang pusing tujuh keliling ketika SHU koperasinya turun dibanding tahun lalu. Tapi tidak pernah pusing ketika karyawan koperasi tidak diperbolehkan menjadi anggota koperasi. Saya ingin berbagi pengalaman tentang anggota koperasi yang protes karena SHUnya berkurang dibanding tahun lalu. Tapi tidak pernah protes ketika pengawas dan pengurus koperasi tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Dua hal tersebut adalah yang riil terjadi dan mulai dianggap wajar. Ketika yang dikejar oleh anggota dan pengurus koperasi hanya profit, profit, dan profit. SHU, SHU, dan SHU. Saya katakan disini, bahwa fungsi koperasi adalah memberi manfaat bagi anggota dan masyarakat. Sementara SHU adalah manfaat TIDAK LANGSUNG yang HANYA DIRASAKAN ANGGOTA. Pernahkah Anda bertanya apa manfaat langsung koperasi yang bisa dirasakan baik oleh anggota maupun masyarakat yang bukan anggota? Kalau Anda tidak pernah bertanya hal itu, Anda tidak usah repot membaca tulisan ini sampai akhir. Karena pertanyaan menunjukkan kepedulian, barangsiapa tidak bertanya kemungkinan besar ia tidak peduli.

Manfaat langsung koperasi adalah pendidikan moril yang diberikan kepada anggotanya. Pendidikan moril berupa ahlak, saling menghargai, peduli, toleransi, gotong-royong, beranggung jawab, berdemokrasi, menyatakan pendapat. Tampak terlalu muluk-muluk bukan? Anda mungkin berpikir, 'berkoperasi kok sampe segitunya!`. Ya karena Anda tidak pernah berpikir sampai segitunya, sampai apa yang dipikirkan Bung Hatta. Yang dipikirkan Anda, yang dipikirkan kebanyakan kita ketika ikut koperasi adalah agar dapat SHU, benar kan? Kalau benar begitu, mulai sekarang buang jauh-jauh pemikiran yang dangkal itu. Lempar jauh-jauh motivasi mendapatkan SHU. Pendiri koperasi kita sudah benar ketika menamai SHU, Sisa Hasil Usaha. Karena SHU adalah memang sisa, intinya adalah pendidikan karakter. Jika karakter sudah baik maka organisasi akan membaik lantas SHU akan ikut meningkat. Bukankah ini tidak jauh beda dengan konsep Balanced Scorecard yang menyatakan aspek pembelajaran dan pertumbuhan merupakan penyebab dari meningkatnya aspek keuangan.

Manfaat langsung kedua dari koperasi adalah terpenuhinya kebutuhan anggota. KEBUTUHAN ANGGOTA bukan KEINGINAN ANGGOTA, karena kebutuhan itu sudah pasti sementara keinginan tidak ada batasnya. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa tidak akan puas anak Adam jika ia memiliki satu lembah emas maka ia tetap akan menginginkan lembah emas yang kedua, sampai mulutnya disumpal oleh tanah (kubur). Koperasi adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan, untuk fokus pada kebutuhan hidup. Lantas bagaimana jika kebutuhan hidup anggota telah dipenuhi oleh koperasi, apakah koperasi boleh menyelenggarakan sarana untuk memenuhi keinginan hidup anggota. Boleh saja, tapi perlu diingat, disekitar koperasi, di masyarakat masih ada orang-orang yang kebutuhan hidupnya belum terpenuhi. Jadi menurut pandangan saya, ketika suatu koperasi telah berhasil memenuhi kebutuhan hidup anggotanya, maka sudah waktunya bagi koperasi itu untuk memenuhi takdirnya memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

Bagi koperasi, mensejahterakan itu tidak berhenti pada anggota, namun terus hingga mensejahterakan masyarakat. Jika di PT, program CSR adalah sesuatu yang diwajibkan maka di koperasi program CSR justru adalah tujuan.

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -