- Back to Home »
- Fungsi Koperasi , Ideologi Koperasi »
- Koperasi Sebagai Benteng Budaya Konsumerisme
Senin, 02 November 2015
Ada salah kaprah di masyarakat kita, yaitu bahwa kehadiran koperasi adalah sarana untuk meminjam, bukan menyimpan. Ini berkebalikan dengan apa yang dengan lantang disuarakan oleh Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta dalam pidatonya berpesan 'Koperasi melakukan jual-beli dengan kontan. Karena itu anggota-anggota koperasi lambat laun terdidik supaya jangan hidup lebih besar dari kemampuan dan pendapatan. Apabila orang ingin akan sesuatu barang yang mahal, ia harus menyimpan lebih dahulu, sampai terkumpul yang pembelinya. Dengan begitu orang terpelihara dari daya-penarik beli-sewa, yang sering kali menyebabkan orang berutang.' Silakan Anda cerna sendiri kalimat Bung Hatta barusan. Saat ini bahkan ada koperasi yang menggiatkan anggotanya untuk meminjam, untuk membeli barang secara kredit. Saat ini anggota koperasi lebih bernafsu untuk meminjam daripada menyimpan, bahkan ada koperasi yang baru berdiri yang modalnya habis duluan untuk dipinjamkan kepada anggota. Kalau begini, dimana ideologi koperasi yang dulu diperjuangkan mati-matian oleh Bung Hatta? Atau sedari awal kita membentuk koperasi, kita sudah tidak peduli lagi dengan ideologi, yang kita pedulikan hanya bisnis, bisnis dan bisnis.
Sekali lagi saya tegaskan, apa yang sudah diucapkan oleh Bung Hatta lebih dari 50 tahun lalu, koperasi bukan hanya sebagai sarana berbisnis dan berdagang. Koperasi terlebih lagi merupakan sarana pendidikan bagi segenap masyarakat, baik yang di desa maupun yang di kota, baik itu buruh di pabrik atau mahasiswa di kampus. Apa yang dididik? Sifat dan jiwanya. Koperasi mengajari manusia untuk bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakatnya. Salah satu bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat adalah dengan jalan memenuhi KEBUTUHAN HIDUP secara mandiri, baik secara perorangan maupun kelompok. Mengapa KEBUTUHAN HIDUP saya tulis dalam huruf kapital, karena koperasi memperjuangkan KEBUTUHAN HIDUP, sandang, pangan, papan, dan pendidikan, BUKAN KEINGINAN HIDUP. Zaman sekarang buruh berutang ke koperasi untuk membeli handphone keluaran terbaru, padahal ia masih tinggal di kontrakan. Padahal jauh lebih bijak jika uang yang digunakan untuk mencicil handphone tersebut disimpan di koperasi untuk uang muka mengambil rumah sederhana.
Koperasi jangan mau dikatakan pelit jika tak mau meminjamkan uang untuk keperluan konsumtif. Justru koperasi harus selektif dalam meminjamkan uang, kalau perlu diwawancara dulu untuk apa keperluan meminjam uang. Disinilah peran koperasi yang sebenarnya, sebagai sarana pendidikan bagi anggota untuk tidak bersikap konsumtif. Di tengah gencarnya godaan media untuk membeli berbagai macam barang yang bukan kebutuhan pokok, koperasi dapat menjadi jangkar bagi masyarakat untuk tidak terhanyut dalam budaya konsumerisme. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang belum punya tabungan pendidikan untuk anaknya tapi sudah punya beban cicilan mobil. Menjadi hal yang ironis bahwa sesuatu yang primer, pokok, terkalahkan oleh sesuatu yang sekunder, bahkan tertier. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang tidak sanggup menabung tiga ratus ribu per bulan tapi sanggup membeli rokok sebungkus tiap hari, yang harga sebungkusnya lebih dari sepuluh ribu.
Peran koperasi bukan hanya sekedar bagi-bagi SHU tiap tahun. Peran koperasi yang jauh lebih penting adalah untuk mendidik anggota. Mengajarkan anggota untuk senantiasa menabung dan tidak terlampau konsumtif.
Sekali lagi saya tegaskan, apa yang sudah diucapkan oleh Bung Hatta lebih dari 50 tahun lalu, koperasi bukan hanya sebagai sarana berbisnis dan berdagang. Koperasi terlebih lagi merupakan sarana pendidikan bagi segenap masyarakat, baik yang di desa maupun yang di kota, baik itu buruh di pabrik atau mahasiswa di kampus. Apa yang dididik? Sifat dan jiwanya. Koperasi mengajari manusia untuk bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakatnya. Salah satu bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat adalah dengan jalan memenuhi KEBUTUHAN HIDUP secara mandiri, baik secara perorangan maupun kelompok. Mengapa KEBUTUHAN HIDUP saya tulis dalam huruf kapital, karena koperasi memperjuangkan KEBUTUHAN HIDUP, sandang, pangan, papan, dan pendidikan, BUKAN KEINGINAN HIDUP. Zaman sekarang buruh berutang ke koperasi untuk membeli handphone keluaran terbaru, padahal ia masih tinggal di kontrakan. Padahal jauh lebih bijak jika uang yang digunakan untuk mencicil handphone tersebut disimpan di koperasi untuk uang muka mengambil rumah sederhana.
Koperasi jangan mau dikatakan pelit jika tak mau meminjamkan uang untuk keperluan konsumtif. Justru koperasi harus selektif dalam meminjamkan uang, kalau perlu diwawancara dulu untuk apa keperluan meminjam uang. Disinilah peran koperasi yang sebenarnya, sebagai sarana pendidikan bagi anggota untuk tidak bersikap konsumtif. Di tengah gencarnya godaan media untuk membeli berbagai macam barang yang bukan kebutuhan pokok, koperasi dapat menjadi jangkar bagi masyarakat untuk tidak terhanyut dalam budaya konsumerisme. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang belum punya tabungan pendidikan untuk anaknya tapi sudah punya beban cicilan mobil. Menjadi hal yang ironis bahwa sesuatu yang primer, pokok, terkalahkan oleh sesuatu yang sekunder, bahkan tertier. Seberapa banyak saudara-saudara kita yang tidak sanggup menabung tiga ratus ribu per bulan tapi sanggup membeli rokok sebungkus tiap hari, yang harga sebungkusnya lebih dari sepuluh ribu.
Peran koperasi bukan hanya sekedar bagi-bagi SHU tiap tahun. Peran koperasi yang jauh lebih penting adalah untuk mendidik anggota. Mengajarkan anggota untuk senantiasa menabung dan tidak terlampau konsumtif.
Play Blackjack Games at MyBookie
BalasHapusTry a classic Blackjack game from I Blueprint 문경 출장마사지 Casino! Have fun playing Blackjack 여주 출장샵 or get some real money 동해 출장샵 prizes! Rating: 5 · 남양주 출장샵 1 vote · Price range: $/€1,000 여주 출장안마