Selasa, 08 September 2015


Berikut adalah kata pengantar dari penulis '100 Koperasi Besar Indonesia', Bapak Irsyad Muchtar dan Bapak Muhammad Taufiq. Disalin langsung dari bukunya. Menurut saya buku ini sangat layak dibaca oleh setiap praktisi koperasi maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk menyadarkan kembali potensi koperasi di Indonesia. 

Menghimpun sejumlah koperasi besar dalam konteks akumulasi angka yang tersebar di berbagai daerah di tanah air boleh jadi bukan pekerjaan sulit. Datang saja ke Kantor Dinas Koperasi tingkat Kabupaten, Kota atau Provinsi maka segudang data sudah bisa dibawa pulang. Masalahnya, benarkah angka-angka disajikan itu akurat? Pengalaman di lapangan ternyata tidak semua Koperasi bersedia menyuguhkan data-data mereka secara terbuka terutama menyangkut total aset dan volume usaha. Alasannya beragam, ada Koperasi yang tidak suka dengan publikasi dan tertutup dari catatan pers, ada yang terlebh dahulu harus menggelar rapat pengurus dan mendapat persetujuan anggota, dan yang menarik adalah berkenaan dengan masalah pembayaran pajak.

Berbagai pengalaman menarik itu menjadi catatan khussu penulis selama hampir empat bulan (Mei - Agustus 2012) mengunjungi berbagai koperasi berkategori besar, yaitu koperasi yang pencapaian asetnya lebih dari Rp. 10 miliar, volume usaha atau omset di atas Rp. 50 miliar dan anggota lebih dari 1000 orang. Dari hasil kunjungan lapangan dan beberapa pertemuan dengan sejumlah operasi besar di Jakarta, kami berhasil mengumpulkan lebih dari 300 Koperasi yang kemudian kami kategorikan dalam tiga kriteria yaitu 100 Koperasi Besar Indonesia (KBI), 100 Koperasi Progresif dan 100 Koperasi Potensial.

Banyak alasan mengapa buku ini ditulis? Pertama adalah bahwa kami ingin membeberkan sebuah peta baru mengenai potensi ekonomi koperasi yang selama ini nyaris tak terdengar. Sebuah badan usaha berlabel Koperasi acapkali hanya disejajarkan dengan bisnis kelas recehan dan tak diperhitungkan kontribusinya dalam peningkatan produk domestik bruto. Padahal kinerja koperasi Indonesia sepanjang tahun 2011 justru sangat lumayan dengan total volume usaha Rp. 95 triliun. Nilai sebesar itu berasal dari 188.181 koperasi di seluruh Indonesia dengan anggota mencapai 30.849.913 orang.

Alasan kedua, sejak Aliansi Koperasi Internasional (International Co-operative Alliance-ICA) menghimpun daftar 300 Koperasi Dunia (Global 300 List) pada tahun 2007, belum satupun koperasi Indonesia yang mampu memasuki posisi terhormat itu. Sementara Singapuran berhasil menempatkan dua koperasi besarnya yaitu NTUC Fair Price dan NTUC Income. Belakangan, dalam penetapan Global List 300 tahun 2011, Malaysia berhasil menempatkan satu wakilnya yaitu Bank Kerjasama Rakyat Malaysia Berhat. Kenyataan ini sangat menyesakkan karena jika ditilik dari sejumlah koperasi di tanah air banyak yang berpotensi untuk tampil di Global List 300.

Sejumlah koperasi besar dengan aset dan volume usaha triliunan rupiah yang tercantum dalam buku ini agaknya bisa di kedepankan untuk mewakili Indonesia ke pentas koperasi dunia. Itu sebabnya buku ini kami terbitkan dalam edisi dua bahasa. Karena kami tak ingin para petinggi koperasi dunia di ICA mengelak atau mangkir, bahwa mereka tidak punya data yang sahih mengenai perkoperasian di Indonesia yang ditulis dalam bahasa Inggris.

Alasan ketiga mengapa buku ini lahir, memang sudah saatnya koperasi-koperasi besar itu berbicara di panggung ekonomi nasional. Koperasi tidak indekost, juga bukan tamu di negeri ini dan karenanya layak sejajar dengan pelaku ekonomi nasional lainnya. Sejumlah koperasi yang didaulat besar memang ada yang masih gamang dengan status barunya itu. Ada pengelola koperasi yang menganggap tidak perlu tampil di level besar, karena kebanggaan koperasi diukur dari kepuasan dan kesejahteraan anggotanya. Ada pula yang bertanya jika sudah masuk di level besar apakah bakal dapat perhatian dari pemerintah. Berbagai alasan klise lainnya bermunculan, namun dalam pengamatan kami memang ada koperasi besar yang belum siap tampil ke muka, lantaran manajemen dan organsiasinya masih tradisional. Hampir sebagian besar koperasi yang tercantum dalam buku ini sudah melek komputer dan akrab dengan internet. Namun ada pula yang masih off-line.

Setiap buku yang ditulis dengan serius apalagi dengan penelitian lapangan yang valid tentu bermanfaat bagi pembacanya. Bagi orang-orang koperasi, buku ini semakin menumbuhkan rasa percaya diri bahwa Koperasi sebagai bangun ekonomi rakyat berdasar azas kekeluargaan itu memang sudah berada di jalur yang benar. Bagi pelaku ekonomi non-koperasi, terutama perbankan, buku ini menjadi daftar pustaka untuk menilai mitra koperasi yang kredibel dan memang layak usaha. Nah, setelah membaca buku ini apakah Anda masih saja memandang Koperasi sebelah mata?

Sumber: Buku '100 Koperasi Besar Indonesia', Terbitan Majalah PELUANG & Infopasar, cetakan kedua tahun 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

KONSULTASI GRATIS

Konsultasikan permasalahan di Koperasi Anda melalui email ke: rizkiardibachtiar@gmail.com

PERTANYAAN & SARAN

ARSIP ARTIKEL

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -