Rabu, 09 September 2015


Pertama kita definisikan dulu apa itu investasi dan apa itu biaya. Investasi adalah 'the purchase of goods that are not consumed today but are used in the future to create wealth'. Seringkali investasi hanya dipandang dalam bentuk uang, atau materi. Seperti deposito, saham, reksadana, emas, tanah, atau bentuk lainnya yang pasti nilainya dalam rupiah. Sementara investasi tidak hanya sebatas benda-benda yang bisa dinilai dengan rupiah. Investasi juga bisa tidak berbentuk dan tidak bisa diukur secara pasti nilainya secara rupiah. Seperti ilmu, pengalaman, kompetensi, wawasan, kebijaksanaan itu semua bisa diinvestasikan dengan belajar dan berlatih. Intinya, investasi adalah pengorbanan yang dilakukan hari ini (pengeluaran dalam bentuk uang, tenaga, waktu, pikiran atau lainnya) yang hasilnya tidak dinikmati hari ini, namun dapat digunakan di masa depan untuk menciptakan nilai yang lebih dibanding pengorbanan di hari ini. Semakin banyak kita sanggup berinvestasi maka akan semakin bagus.

Sedangkan biaya menurut definisi adalah 'amount that has to be paid or given up in order to get something'. Harga yang harus dibayarkan untuk mendapatkan sesuatu. Sifatnya cenderung instant, kita membayar hari ini untuk mendapatkan sesuatu dalam waktu dekat. Biaya dalam laporan keuangan adalah komponen yang mengurangi profit, bahkan dapat menjadikan rugi. Biaya sebisa mungkin ditekan serendah-rendahnya. Biaya cenderung dipandang sebagai hal yang dihindarkan. Semakin besar biaya, semakin tidak baik.

Pengeluaran untuk SDM (sumber daya manusia) adalah investasi, bukan biaya. Meskipun secara laporan keuangan tercantum sebagai beban di laporan laba rugi. Ini dikarenakan nilai yang dikeluarkan untuk SDM dapat diukur dengan rupiah, seperti gaji, tunjangan, bonus, THR, dan lain-lain. Sedangkan nilai yang didapat dari SDM cenderung tidak dapat diukur dengan rupiah, seperti loyalitas, komitmen, semangat kerja, ide, inovasi, kinerja, dan lain-lain. Nilai yang dikeluarkan untuk SDM bersifat langsung dan jangka pendek, seperti pembayaran gaji, tunjangan, bonus dan lainnya. Sedangkan Nilai yang didapat dari SDM bersifat tidak langsung dan jangka panjang, seperti naiknya kinerja keuangan perusahaan, keunggulan dibanding kompetitor, akuisisi pelanggan baru, mempertahankan pelanggan lama, dan lain-lain.

Keluaran (output) dari SDM adalah hal yang vital bagi perusahaan, tidak terkecuali koperasi. Dalam tulisan ini saya lebih banyak menyebut kata perusahaan dibanding koperasi. Karena fenomena ini terjadi di semua perusahaan, termasuk di koperasi. Hanya saja di koperasi pada umumnya lebih terlihat fenomena memandang SDM sebagai biaya, bukan investasi.

Dalam prakteknya, perbedaan antara koperasi yang memandang SDM sebagai aset utamanya dan yang memandang SDM bukan sebagai aset utamanya :
Persepektif SDM sebagai aset utama
Persepektif SDM bukan sebagai aset utama
Fokus pada usaha untuk merekrut, mempertahankan dan mengembangkan SDM yang berkualitas
Fokus pada usaha untuk mendapatkan, menjaga dan mengembangkan modal
Mencari cara untuk memberikan lebih kepada tenaga kerjanya
Mencari cara untuk menekan biaya tenaga kerja
Salah satu perhatian penting manajemen adalah menjadikan tempat kerja sebagai tempat yang nyaman
Tidak memperhatikan apakah tempat kerja nyaman bagi tenaga kerja (secara fisik dan psikologis)
Tenaga kerja diberi kebebasan untuk berkreasi, berpendapat dan berpartisipasi dalam pengambilan  keputusan
Tenaga kerja di batasi kesempatannya untuk dapat berkreasi, berpendapat dan berpartisipasi. Keputusan diambil secara sepihak oleh perusahaan/atasan
Perusahaan/atasan memperhatikan dan selalu berusaha mempertahankan serta meningkatkan motivasi karyawan
Perusahaan/atasan tidak terlalu peduli terhadap motivasi karyawan selama pekerjaan terselesaikan
Menjadikan karyawan sebagai keluarga, turut peduli terhadap masalah pribadi yang dihadapi karyawan
Karyawan hanya dianggap sebagai pekerja, urusan pribadi karyawan tidak boleh dibawa ke tempat kerja
Menjadikan tempat kerja sebagai rumah kedua, dibuat senyaman mungkin
Tempat kerja adalah tempat kerja, tidak ada ruangan untuk bersantai
Dorongan utama karyawan untuk bekerja adalah karena termotivasi oleh tujuan, makna bekerja dan passion
Dorongan utama karyawan untuk bekerja adalah karena untuk mendapat penghasilan dan takut mendapat hukuman
Toleransi terhadap kesalahan lebih tinggi, karena memandang kesalahan sebagai salah satu cara untuk belajar
Toleransi terhadap kesalahan rendah, dan cenderung mencari orang untuk disalahkan
Semua karyawan adalah karyawan tetap
Kemungkinan besar masih ada karyawan kontrak
Tidak mudah untuk melepaskan karyawan yang ingin keluar. Minimal ada exit interview, untuk mencari tahu jika ada ketidakpuasan karyawan selama bekerja di perusahaan
Mudah melepaskan karyawan yang ingin keluar. Menganggap jika ingin masih bekerja di perusahaan harus mengikuti aturan perusahaan, jika tidak bersedia, silakan cari yang lain.
Memberikan paket kompensasi yang beragam, tidak hanya gaji. Ada bonus, liburan, cuti tambahan, fasilitas transportasi, fasilitas komunikasi, imbalan atas kinerja, imbalan atas kompetensi, imbalan atas inovasi, kepemilikan di perusahaan,dll
Menanggap dengan memberikan gaji bulanan saja sudah cukup sebagai imbalan
Memberdayakan SDM, memaksimalkan potensi yang ada dalam diri masing-masing orang
Memanfaatkan SDM, mengeksploitasi tenaga, waktu dan pikiran dari tenaga kerjanya
Memanfaatkan imbalan non materi sebagai cara untuk memotivasi karyawan. Seperti pujian, feedback positif, pengakuan, ucapan terima kasih, kepercayaan, kepedulian
Mengandalkan imbalan dalam bentuk materi untuk memotivasi karyawan. Contoh klasiknya adalah ucapan 'Kamu sudah digaji disini, jadi kamu harus bekerja sebaik-baiknya'

Di buku '100 koperasi besar' karya Muhammad Taufik dan Irsyad Muchtar. Berdasarkan perhatian beliau, ada tiga penyebab mengapa suatu koperasi bisa menjadi koperasi besar. Yaitu :
1. Memiliki pengelola yang profesional dan kreatif. Ini biasanya terjadi pada koperasi karyawan. Contohnya: Kisel, Kopindosat, KWSG
2. Memiliki sosok pendiri atau tokoh besar yang menjadi panutan dan pemersatu bagi para anggotanya. Ini biasaya terjadi pada koperasi masyarakat dan koperasi pesantren. Contohnya: Kospin Jasa Pekalongan, BMT UGT Sidogiri, 
3. Ada pendidikan yang terus menerus kepada anggotanya. Ini biasanya terjadi pada koperasi-koperasi kredit dan yang memiliki kesamaan nasib para anggotanya. Contohnya : Kopdit Lantang Tipo, Koperasi Wanita Setia Bhakti

Hal diatas menunjukkan bahwa faktor yang membuat koperasi menjadi besar adalah manusianya. SDM di koperasi terdiri dari anggota, pengawas-pengurus, dan pengelola. Untuk dapat menjadi besar, koperasi harus mempunyai keunggulan paling tidak di salah satu komponen SDM di atas. Untuk menjadi besar, koperasi harus berani dan rela menggunakan sumber dayanya untuk kepentingan dan kemajuan manusia-manusia yang ada di dalamnya. Lagi pula koperasi bukanlah organisasi yang terdiri dari sekumpulan modal, koperasi adalah organisasi yang terdiri dari sekumpulan manusia.

Memandang SDM sebagai biaya adalah kesalahan paling sering yang membuat koperasi menjadi tidak berkembang. Kurang adanya perhatian terhadap faktor SDM. Jika SDM dipandang sebagai faktor biaya, maka perusahaan hanya memeberikan sekedarnya yang penting operasional perusahaan berjalan dan target tercapai. Jika SDM dipandang sebagai investasi, maka perusahaan mencari cara untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam manusia untuk bersama-sama berkembang bersama perusahaan.

Ada tujuh faktor produksi, yang biasa dikenal dengan 6M. Yaitu :
1. Man (sumber daya manusia)
2. Money (uang, modal)
3. Machine (peralatan, infrastruktur, gedung, fasilitas fisik)
4. Material (bahan baku, material)
5. Method (ide, sistem dan prosedur kerja, SOP, instruksi kerja)
6. Market (pasar)

Yang menarik dari ke enam faktor produksi tersebut adalah: faktor produksi yang pertama (man) membuat segala sesuatunya BISA terjadi (make things happen), sedangkan faktor produksi yang lain membuat segala sesuatunya MUNGKIN terjadi (make things possible). Cukup hanya dengan faktor produksi yang pertama, yaitu sumber daya manusia. Dengan sendirinya ia bisa menciptakan dan mencari ke lima faktor produksi yang lain.

Jadi jika ada pengurus koperasi yang kalang kabut ketika kehilangan uang atau barang lainnya, dan merasa tenang-tenang saja jika ada karyawan kuncinya yang mengundurkan diri. Maka pengurus tersebut harus banyak belajar mengenai pentingnya sumber daya manusia dalam perusahaan. Di perusahaan-perusahaan besar, mereka bukan hanya berkompetisi terhadap pasar dan calon pelanggan. Di balik layar mereka berkompetisi untuk mempertahankan dan merebut sumber daya manusia. Mereka melakukan usaha-usaha agar tenaga kerja terbaik mereka tidak keluar dari perusahaan, apalagi pindah ke perusahaan pesaing. Hal ini tidak hanya berlaku pada perusahaan besar, persusahaan kecil pun jika ingin menjadi besar harus mulai memberi perhatian lebih terhadap SDMnya.

Tidak dipungkiri bahwa biaya untuk tenaga kerja di sebagian besar perusahaan adalah biaya yang paling tinggi. Sebetulnya ini wajar, dikarenakan memang tenaga kerja yang membuat roda perusahaan berputar. Bayangkan, ada modal, ada gedung, ada fasilitas kerja, ada prosedur, ada pasar, tapi tidak ada tenaga kerja yang menggerakkan. Tempat tersebut bahkan tidak layak disebut perusahaan. Kemudian bayangkan jika suatu perusahaan, modalnya habis (bankrut), gedung dan fasilitas kerja disita, prosedur kerja turut hilang, pelanggan sudah beralih ke perusahaan pesaing. Namun tenaga kerja yang ada di perusahaan itu masih loyal, berkomitmen, optimis, kreatif, kompak. Maka dengan segera bisa dipastikan, perusahaan yang tadi akan bangkit lagi.

Jadi jika ada suatu kebijakan yang berefek menurunkan biaya tenaga kerja, atau dengan kata lain menurunkan nilai kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja. Maka kebijakan tersebut harus dikaji, dipertimbangkan dan diambil dengan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan. Sebisa mungkin melibatkan tenaga kerja itu sendiri. Eksekusi dari kebijakan menurunkan biaya tenaga kerja juga harus dilakukan dengan penanganan serius agar tenaga kerja dapat memahami alasan kebijakan tersebut diambil.

Meskipun perusahaan pada akhirnya mengambil kebijakan untuk menurunkan biaya tenaga kerja. Karena kondisi keuangan yang sedang tidak baik, atau karena perusahaan dituntut untuk menjadi efisien. Jika pengambilan keputusan dan eksekusi tersebut dilakukan dengan benar. Semoga tidak sampai menurunkan loyalitas, komitmen dan motivasi tenaga kerjanya. Keputusan untuk menurunkan biaya tenaga kerja harus diambil dengan cerdik. Misalnya jika keputusannya adalah menurunkan kompensasi tenaga kerja saat ini, maka bisa disiasati dengan menggantinya dengan janji kompensasi yang lebih besar jika kondisi perusahaan sudah membaik. Atau jika keputusannya adalah untuk mem-PHK beberapa karyawan, bisa disiasati dengan membantu karyawan yang di-PHK untuk mencari pekerjaan baru atau berwirausaha.

Koperasi hendaknya jangan menolak tenaga kerja yang berkualitas hanya dengan alasan tidak sanggup membayar gajinya. Sebenarnya, tenaga kerja yang berkualitas tidak termotivasi oleh gaji semata. Tenaga kerja yang berkualitas lebih termotivasi terhadap visi, tujuan, makna kerja, passion, tantangan, perhatian, kepedulian. Hal-hal yang tak terlihat namun berarti besar. Kompensasi yang bersifat materil memang perlu, dan ini bisa disiasati dengan cerdik. Jika koperasi saat ini tidak mampu membayar gaji yang tinggi, maka koperasi bisa menawarkan persentase dari SHU kepada tenaga kerja yang berkualitas dan profesional, dalam hal ini biasanya pengelola koperasi. Malahan dengan kebijakan seperti itu, pengelola menjadi lebih terdorong untuk bekerja memaksimalkan profit koperasi sebesar-besarnya.

Mengapa sekarang ini jarang sekali kita temui profesional di bidang koperasi? Karena tidak banyak koperasi yang berani menawarkan kompensasi yang tinggi untuk mempekerjakan tenaga kerja profesional. Tenaga kerja masih dianggap sebagai biaya, bukan investasi. Apakah di koperasi Anda masih memandang SDM sebagai biaya? Jika iya, koperasi Anda masih koperasi ecek-ecek, dan rasanya sulit untuk jadi koperasi besar.

Jangan jadi koperasi ecek-ecek.

kontributor : Rizki Ardi

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

KONSULTASI GRATIS

Konsultasikan permasalahan di Koperasi Anda melalui email ke: rizkiardibachtiar@gmail.com

PERTANYAAN & SARAN

ARSIP ARTIKEL

- Copyright © Konsultan Koperasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -