- Back to Home »
- Berita Koperasi »
- Ketika Diplomat 5 Negara Bicara Koperasi dan Ekonomi Dunia di KBRI Ottawa
Selasa, 08 September 2015
detikNews - Jakarta, Cerita sukses koperasi banyak tertutup kasus korupsi di segelintir koperasi lainnya. Padahal tidak sedikit koperasi yang tumbuh dan berkembang hingga gerak bisnisnya mirip perusahaan raksasa.
Salah satunya adalah Nonghyup Bank di Korea Selatan. Badan usaha koperasi itu kini memiliki total deposit hingga US$ 180 miliar dan total pinjaman hingga US$ 126 miliar.
Fakta itu diungkapkan oleh pakar koperasi Robby Tulus ketika menjadi pembicara tamu dalam diskusi "The Role of Co-operative in MIKTA Countries" yang digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ottawa, Kanada, akhir pekan lalu.
Diskusi sambil makan siang itu dihadiri oleh para Duta Besar, Wakil Duta Besar dan diplomat ekonomi negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia). Duta Besar LBBP Indonesia untuk Kanada Dr. Teuku Faizasyah bertindak sebagai tuan rumah sekaligus memimpin diskusi.
Dalam pengamatan Robby terhadap koperasi di negara-negara MIKTA, cukup banyak kisah sukses koperasi ditemukan. Mereka bergerak di berbagai sektor, mulai dari keuangan, pertanian, peternakan, hingga wisata (koperasi penyelam).
Menurut mantan Direktur Regional Asia Pasifik pada International Co-operative Alliance itu, koperasi di seluruh dunia saat ini telah menyediakan tidak kurang dari 100 juta lapangan pekerjaan. Dengan keanggotaan mencapai 1 miliar orang, koperasi telah mendukung penghidupan sekitar 3 miliar manusia (separuh populasi dunia).
Secara khusus, koperasi yang bergerak di bidang keuangan sejauh ini telah melayani tidak kurang dari 857 juta pelanggan (13% dari populasi dunia). "Kontribusi koperasi bagi perekonomian dunia sebenarnya luar biasa,"' kata Robby.
Melihat fakta itu, Profesor Dr. Ghaislan Paradis, pembicara tamu lainnya dari Universitas Sherbrooke (Montreal) bahkan melihat koperasi sebagai penyempurna sistem ekonomi kapitalisme. "Pemerintah harus merangkul koperasi untuk memperbaiki kelemahan kapitalisme," kata Paradis.
Paradis mengakui bahwa kapitalisme telah berhasil meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Namun demikian, sistem ekonomi yang saat ini dominan tersebut juga masih menyisakan banyak kelemahan. Mulai dari terpusatnya kekayaan hanya pada segelintir kelompok, kesenjangan pendapatan yang masih menganga, sampai kerusakan lingkungan hidup.
"Koperasi bisa menjadi mitra pemerintah karena berprinsip memajukan kesejahteraan bersama,"' ujarnya.
Oleh karena itu, baik Robby maupun Paradis merekomendasikan agar MIKTA menempatkan koperasi dalam arus utama diskursus mengenai perbaikan perekonomian dunia. "Koperasi bisa menjadi pertimbangan strategis dalam upaya menyempurnakan ''the Washington consensus,"' kata Paradis.
Menurut Dubes Faizasyah, keberhasilan cukup banyak koperasi di negara-negara MIKTA merupakan bukti peran signifikan koperasi dalam perekonomian. '"Prinsip-prinsip koperasi telah diajarkan oleh salah satu founding fathers kita (Bung Hatta) dan telah menjadi jiwa konstitusi,"' katanya.
MIKTA merupakan forum informal yang beranggotakan negara-negara middle powers (Meksiko, Indonesia, Korea, Turki dan Australia). Menurut K. Candra Negara, Minister Councellor Ekonomi KBRI Ottawa, para Menteri Luar Negeri MIKTA memanfaatkan kehadiran mereka pada berbagai sidang multilateral (Sidang Umum PBB dan G20) untuk berkonsultasi dan menyamakan pandangan mengenai berbagai masalah global.
sumber: http://news.analisadaily.com/read/ketika-diplomat-5-negara-bicara-koperasi-dan-ekonomi-dunia-di-kbri-ottawa/166143/2015/08/31