- Back to Home »
- Anggota Koperasi , Jangan Jadi Koperasi Ecek-ecek! , Manajemen Koperasi »
- Kurangnya Rasa Memiliki dan Rasa Bangga Anggota Terhadap Koperasi
Rabu, 09 September 2015
Apa yang terjadi jika pemilik perusahaan sudah tidak bangga lagi dengan perusahaannya sendiri? Jika ini terjadi di perseroan terbatas, maka kemungkinan besar pemilik perusahaan menarik diri dari kepemilikan perusahaannya atau menjual sahamnya ke pihak lain. Apa yang terjadi jika seorang konglomerat lupa bahwa ia punya kepemilikan di suatu perusahaan? Pasti si konglomerat tadi tidak pernah mengurusi atau tahu menahu mengenai perusahaan tersebut, wong ingat saja tidak. Bisa-bisa produk yang dikeluarkan perusahaan tersebut ia kritik, tanpa mengetahui bahwa perusahaan yang memproduksi produk tersebut adalah perusahaan miliknya. Kritik yang ia tujukan justru adalah kritik kepada dirinya sendiri.
Perumpamaan diatas mungkin jarang sekali terjadi. Mana ada pemilik perusahaan yang lupa kalau ia punya perusahaan. Pemilik perusahaan mana yang tidak bangga memiliki perusahaan (kecuali kalau perusahaannya bermasalah). Namun kejadian seperti diatas, dimana pemilik tidak merasa memiliki atau tidak merasa bangga atas perusahaan miliknya sendiri, terjadi di koperasi (seringkali malah). Mengapa tidak bangga? Karena harga barang di toko koperasi mahal, karena koperasi Cuma bisa ngasih SHU segitu-gitu aja dari sejak lima tahun yang lalu, karena pinjam uang di koperasi bunganya lebih mahal dari bunga pinjaman di bank, karena pinjam uang di koperasi harus antri beberapa bulan, dan daftar panjang lainnya yang memperkuat ketidakbanggan anggota terhadap koperasinya.
Bagaimana dengan rasa memiliki anggota terhadap koperasi? Anggota justru menjadi pihak yang paling aktif mengkritik koprasi, bahkan mencemooh dan menggunjingkan koperasinya sendiri. Memang tugas dan peran anggota untuk memberikan kritik kepada koperasi, khususnya pengurus, jika ada kekurangan atau penyalahgunaan di koperasi. Namun seringkali kritik yang ada bukanlah kritik yang membangun dan bukan pula kritik yang memberi solusi. Ibarat kata, seperti kritik penonton sepak bola kepada pemain di lapangan. Seringkali juga kritik dilontarkan tanpa solusi dan tidak realistis. Seperti mengkritik mengapa koperasi kita (yang baru berdiri 2 tahun) tidak bisa seperti koperasi lain (yang sudah berdiri 20 tahun).
Anehnya kita justru lebih bangga terhadap tim sepakbola dari benua lain, atau produk dari negara lain. Dibandingkan bangga dengan koperasi yang merupakan produk asli bangsa sendiri. Memang tidak dipungkiri, ketidakbanggaan anggota dan kurangnya rasa memiliki anggota disebabkan oleh ulah pengurus, pengelola dan pengawas koperasi sendiri yang tidak piawai memainkan strategi pengelolaan koperasi yang profesional. Pengurus dan pengelola yang kerap kurang amanah dan transparan dalam menjalankan roda bisnis koperasi juga menjadi alasan mengapa anggota tidak merasa bangga dan tidak merasa memiliki terhadap koperasi. Lantas anggota yang seperti itu, apakah murni karena salah pengurus dan pengelola? Saya rasa tidak. Setiap ada permasalahan antara dua pihak, pasti kesalahan ada di kedua belah pihak, hanya berbeda porsi kesalahannya. Berarti dalam hal ini, anggota juga punya peranan dalam memunculkan dan meningkatkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap koperasi.
Sebagaimana rasa bangga terhadap produk-produk buatan Indonesia. Yang kita tahu sama tahu kualitasnya tidak sehebat buatan Jepang atau Eropa. Tapi kita tetap bangga. Mengapa? Karena kita tidak hanya bisa mengkonsumsi, tapi juga bisa memproduksi. Meskipun kualitasnya masih jauh dari harapan, tapi kemampuan untuk bisa memproduksi sudah bisa menjadi sesuatu yang dibanggakan. Tentunya sambil berproses mengejar kualitas. Meskipun yang memproduksi orang lain, orang yang kita tidak kenal, dimana kita tidak punya kepemilikan apapun disitu. Tapi karena yang membuat masih sama-sama orang Indonesia, kita bangga menggunakan produk dalam negeri.
Mengapa filosofi yang sama tidak kita terapkan pada koperasi. Jadi meskipun pelayanan koperasi masih terbatas, pengelolaanya masih tradisional, tapi kita sebagai anggota belajar bangga untuk bertransaksi dengan koperasi karena koperasi milik kita bersama. Tentunya sambil berproses memperbaiki kualitas pelayanan dan profesionalisme pengelolaannya. Menjadi bangga atas sesuatu tidak harus menunggu sesuatu itu menjadi baik atau ideal. Menjadi bangga atas sesuatu bisa dipicu karena satu kesamaan, kesamaan geografis, kesamaan visi, kesamaan tujuan.
Begitupun rasa memiliki terhadap koperasi. Kalau anggota sebagai pemiliknya saja sudah tidak punya rasa memiliki, siapa lagi yang bisa punya rasa memiliki terhadap koperasi. Kalau begitu buat apa ada koperasi, bubarkan saja. Daripada menjadikan koperasi sebagai anak yatim piatu yang tidak diakui siapa-siapa, daripada membiarkan koperasi mati suri lebih baik dimatikan sekalian lalu buat yang baru, yang lebih baik.
Adalah tugas bersama untuk memunculkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap koperasi masing-masing. Adalah tugas bersama anggota, pengawas, pengurus dan pengelola. Tidak boleh ada saling tuding, setiap pihak harus berusaha lebih aktif memprovokasi rasa kebanggan memiliki koperasi. Setiap pihak harus berusaha proaktif mengingatkan yang lain bahwa kita memiliki koperasi yang dapat dibanggakan. Pengurus dan pengelola berusaha sekuat tenaga agar koperasi dapat menjadi organisasi yang memang layak dibanggakan. Anggota juga memiliki peran untuk menjaga nama baik koperasi. Jangan karena koperasi belum bisa memberi banyak kepada anggota, anggota malah mencibir koperasi. Justru disaat koperasi masih merintis, masih belum bisa memberi apa-apa, disitulah peran anggota dalam mempercepat proses perintisan agar menjadi mapan.
Disini peran pengawas, pengurus dan pengelola penting untuk menjadikan koperasi layak dibanggakan, proaktif menyebarkan citra positif koperasi kepada anggota dengan melakukan pendidikan terhadap anggota, proaktif meminta masukan dan kritik membangun dari anggota untuk pengembangan koperasi.
Anggota koperasi juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Yaitu dengan melakukan transaksi dengan koperasi, proaktif memberi masukan dan kritik membangun untuk perkembangan koperasi, menyadari peran penting dan manfaat koperasi, serta bersikap peduli terhadap pengelolaan dan pengembangan koperasi.
Seberapapun masih kecilnya aset atau SHU suatu koperasi. Jika anggota bangga dan punya rasa memiliki yang tinggi terhadap koperasinya. Maka hanya masalah waktu untuk menunggu koperasi tersebut menjadi besar. Sebaliknya, betapapun besarnya aset atau SHU suatu koperasi, jika anggota sudah tidak bangga dengan koperasinya, kurva menurun sudah di depan mata. Anggota koperasi bangga jika koperasinya senantiasa berkembang, memenuhi kebutuhan anggota, mensejahterakan anggota dan masyarakat, dikelola dengan amanah dan profesional.
Karenanya, jangan jadi koperasi ecek-ecek!
kontributor : Rizki Ardi